Dulu, sebelum teknologi belum secanggih sementara ini, orang-orang pun sudah tunjukkan gelagat dambakan diperhatikan. Sah-sah saja gara-gara itu adalah naluri alamiah manusia.
Kini sementara tempat sosial marak bermunculan, perlahan tapi tentu orang-orang seolah meninggalkan dunia nyata sebagai daerah melacak perhatian. Kebanyakan orang terasa tempat sosial adalah daerah paling tepat mencurahkan segala asumsi dan perasaan.
Apakah kamu seringkali mendapati isi timeline tempat sosial (medsos) berbentuk curahan perasaan, kata-kata perovokasi dan sebagainya.
Hal ini dibenarkan oleh Bona Sardo Hutahaean, M.Psi. Dosen dan psikolog berasal dari Fakultas Psikologi UI, menurutnya semenjak tempat sosial terasa menjamur di Indonesia, orang-orang cenderung berperilaku pamer dan mudah mengeluh di tempat sosial mereka. Menurutnya hal ini lumrah saja gara-gara terhadap dasarnya merupakan keperluan manusia.
Bona mengatakan ada pergeseran tempat penyaluran berasal dari permohonan tersebut, terkecuali pernah orang-orang cenderung langsung tunjukkan keingininannya untuk diperhatikan. Saat ini, tempat sosial menjadi pilihan favorit umumnya orang untuk mencurahkan keinginannya.
Bona mengatakan kecenderungan orang-orang yang sering mengunggah keluhan dan terkesan pamer bukanlah suatu gangguan.
“Tidak ada masalah kejiwaan, meskipun dengan frekuensi yang berlebihan itu dapat memicu orang lain yang memandang menjadi tidak nyaman.
Menurut Bona, sejatinya tempat sosial diciptakan untuk menjalin jalinan yang lebih baik dan dekat. Namun akhirnya perkembangan yang ada memicu medsos menjadi wadah untuk melaksanakan hal yang tidak baik lebih-lebih berbahaya.
“Sekarang ini di tempat sosial yang namanya like, followers dapat dibeli. Memungkinkan oknum tertentu untuk memanfaatkan untuk hal tidak baik,” katanya.
Misalnya, ada oknum yang cobalah memanfaatkan medsos untuk memicu provokasi dan memicu orang lain terpengaruh.
“Bisa saja ada yang cobalah memasukkan nilai kebencian, meskipun kita mulanya tidak mempeduliklan nilai itu tapi akhirnya tergoda gara-gara hal itu ramai diperbincangkan. Jadi pemikiran kita sedikit bergeser, andaikata ada kebencian yang disebarkan, kita pun menjadi turut membencinya. Itulah kekuatan tempat sosial,” tutur Bona.
Selain dapat menjadi tempat penyebar kebencian, tempat sosial berefek banyak hal bagi manusia. Bahkan budaya suatu bangsa, dapat muncul berasal dari kata-kata dan konten yang diunggah oleh seseorang.
Lebih jauh Bona menjelaskan, sering kali orang yang mengunggah keluhan atau sikap pamer tidak mengerti apa yang sudah dia lakukan. Dia tidak mengerti tindakannya itu merupakan caranya untuk memperoleh kepuasaan dan perhatian berasal dari apa yang ia lakukan.
“Banyak orang yang terasa bukan maksud mereka melaksanakan itu untuk pamer dan mengeluh. Tapi secara mengerti tulisan dia berbentuk keluhan dan dambakan mendapat tanggapan berasal dari orang-orang. Sehingga keluhannya itu dirasa kudu dihargai,” kata Bona.
Dengan mudahnya membuka tempat sosial sementara ini, bukan hanya orang-orang dewasa saja yang dapat memanfaatkan medsos, anak-anak di bawah umur pun sudah terlalu mahir memainkan jarinya di atas layar gadget. Sehingga apa-apa yang mereka menerima di tempat sosial dapat terlalu besar memengaruhi pola pikir.
Soal keperluan dasar manusia yang dambakan diperhatikan, disayangi, dikenali, dan dihargai, menurut Bona, hal ini erat kaitannya dengan peran orang tua terhadap anak-anak. Dengan timbulnya fenomena tulisan yang berbentuk keluhan atau pamer, terlalu amat mungkin orang-orang selanjutnya kekurangan keperluan dasar mereka lebih-lebih berasal dari orang terdekat.
Bona mencontohkan sebuah riset mengenai kurangnya peran asuh papa di dalam keluarga di Indonesia dengan fenomena medsos terhadap remaja.
“Di Indonesia, peran papa tetap terlalu kurang di dalam pola asuh. Padahal menurut penelitian, papa dan ibu kudu memberikan pengasuhan yang serupa dan berimbang. Sehingga mungkin dengan situasi ini, remaja-remaja saat ini saat ada tempat sosial terasa ada daerah lain untuk memnuhi keperluan perhatiannya,” mengerti Bona.
Menutup perbincangan, menurut Bona ada bebrapa langkah bijak bagi kita untuk memanfaatkan tempat sosial supaya makin bermanfaat. Karena sejatinya tempat sosial termasuk menolong kehidupan manusia.
“Pertama, terkecuali sebetulnya memerlukan untuk berkomunikasi maka gunakan, ke-2 terkecuali menurut kita hal itu sudah terlalu menganggu dan tidak produktif lagj, silahkan hapus, tinggalkan. Tidak kudu ragu, gara-gara kita tidak bakal mati meski tanpa tempat sosial semacam instagram, Facebook dan lainnya.
Ketiga, saat memandang tulisan orang lain cobalah cerna pernah apa yang tersirat berasal dari posting tersebut. Jangan hanya menelannya mentah-mentah dan ini kudu sering dilatih tiktok business,” katanya.
Sering kali kita terbawa situasi dan arus terhadap situasi yang tengah ramai di tempat sosial dan menelan mentah-mentah informasi yang ada dan jadi dapat memperburuk situasi gara-gara menyebarkan hoax.
Bona merekomendasikan supaya dapat lebih bijak memanfaatkan tempat sosial. Meminimalisir kabar hoax dengan langkah berpikir kronis dengan langkah melacak sumber berasal dari banyak daerah dan cobalah mengklarifikasi kepada yang bersangkutan.
Jadi, bijaklah mempergunakan tempat sosialmu. Karena apa yang kamu utarakan dapat tunjukkan karaktermu dan dapat memengaruhi banyak orang.